Pembelajaran Sains di SD

Pembelajaran sains di SD atau Sekolah Dasar bertujuan untuk memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan bagi siswa agar dapat memahami dunia di sekitarnya. Pembelajaran sains di SD biasanya meliputi topik-topik seperti lingkungan, materi, pergerakan benda, dan perubahan. Pembelajaran sains di SD juga menggunakan metode sains yang menekankan pada pengamatan, eksperimen, dan penarikan kesimpulan. Melalui pembelajaran sains di SD, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan sistematis serta memiliki sikap ilmiah yang baik.

Pembelajaran Sains di SD


A. Pengertian Sains

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau biasa disebut sains merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Secara etimologi, Fisher (1975:5) dalam Mariana dan Praginda (2009: 14) menyatakan kata sains berasal dari bahasa Latin, yaitu scientia yang artinya secara sederhana adalah pengetahuan (knowledge).

Menurut Susanto (2013: 167) Sains adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

Selanjutnya Mariana dan Praginda (2009: 18) menyatakan bahwa sains adalah: “ilmu pengetahuan atau kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif yang sistematis melalui inkuari yang dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) secara terus-menerus;

Merupakan suatu upaya manusia yang meliputi operasi mental, keterampilan, dan strategi memanipulasi dan menghitung, yang dapat diuji kembali kebenarannya yang dilandasi dengan sikap keingintahuan (curiousity), keteguhan hati (courage), ketekunan (persistence) yang dilakukan oleh individu untuk menyingkap rahasia alam semesta”.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Sains sangat berperan penting dalam memajukan daya pikir manusia dalam memecahkan masalah kehidupan, karena pada dasarnya pelajaran sains adalah ilmu yang mengkaji tentang gejala-gejala alam dan hubungannya dengan kehidupan manusia.

IPA atau sains sebagai mata pelajaran yang menuntut keterampilan proses, produk dan proyek merupakan mata pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan siswa, sains juga dapat dijadikan sebagai suatu media bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan cara menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya.

B. Tujuan Pembelajaran Sains di SD

Pemerintah melalui BSNP (2006) dalam Susanto (2009: 171) merumuskan tujuan pembelajaran sains di SD sebagai berikut:

1). Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2). Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3). Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan keselarasan tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4). Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5). Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6). Meningkatkan kesadarn untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7). Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

Namun Fakta dari lapangan dalam proses pembelajaran siswa kurang diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir sehingga siswa kurang aktif dalam belajar. Hal ini terjadi karena cara pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, siswa dipaksa hanya untuk mengingat informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran IPA masih sering ditemukan pembelajaran yang berpusat pada guru sehingga keterlibatan siswa selama proses pembelajaran masih kurang. Siswa lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan pengetahuan sendiri. 

Siswa hanya mendengarkan, mencatat kemudian hanya mengerjakan soal latihan, pembelajaran menjadi monoton sehingga siswa kurang berinteraksi dan bekerjasama dalam memecahkan masalah. Sehingga tujuan pembelajaran di atas tidak dapat tercapai secara maksimal.

Demikianlah artikel tentang Pembelajaran Sains di SD, semoga bisa menjadi informasi yang bermanfaat untuk para pembaca setia blog pustaka ilmu. Jangan lupa untuk di share dan berkomentar. Terimakasih

Post a Comment for "Pembelajaran Sains di SD"