Makalah Penentuan Jumlah Plot dalam Inventarisasi Hutan

Inventarisasi Hutan

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Inventarisasi Hutan merupakan kegiatan dalam sistem pengelolaan hutan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumberdaya hutan, potensi kekayaan hutan serta lingkungannya secara lengkap dengan cara melakukan survey mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya manusia serta kondisi masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Hasil dari kegiatan inventarisasi hutan antara lain dipergunakan sebagai dasar pengukuhan kawasan hutan, penyusunan neraca sumberdaya hutan, penyusunan rencana kebutuhan dan sistem informasi kehutanan. Oleh karena itu, data hasil kegiatan inventarisasi hutan harus memilliki tingkat keakuratan yang tinggi dengan memperhatikan efisiensi dalam pengambilan data baik dari segi waktu, tenaga, dan biaya.

Tujuan :
  • Memenuhi tugas Mata Kuliah Inventarisasi SDH 
  • Memahami cara penentuan penutupan lahan dan jumlah plot 


Makalah Penentuan Jumlah Plot dalam Inventarisasi Hutan

II. PEMBAHASAN

3.1. Stratifikasi Tutupan Hutan

1. Pembentukan kelas tutupan hutan dimaksudkan untuk meningkatkan ketelitian hasil pendugaan hasil inventarisasi dan keterwakilan.

2. Pelaksanaan pembentukan kelas tutupan hutan dilakukan melaui kaidah sebagai berikut:
  • Membagi habis seluruh tutupan vegetasi yang ada (exhaustive); 
  • Mengorganisir/menggabung kelas-kelas tutupan hutan (mutually exclusive); 
  • Mempunyai ukuran yang jelas untuk setiap kelas tutupan hutan yang dibuat: 
  • kelas tutupan hutan primer adalah hutan alam produksi yang belum pernah dieksploitasi secara terencana. 
  • kelas tutupan hutan bekas tebangan (Logged Over Area) adalah hutan yang pernah dan atau sedang dieksploitasi secara terencana. 
  • Hirarkis, dimana kelas-kelas yang dibuat mempunyai hirarki (tingkatan) dan mengikuti kaidah diagram pohon (dendrogram). 

3.2. Penentuan Jumlah Plot Contoh

A. Hutan Alam

1. Tujuan penarikan contoh pada hutan alam adalah untuk menghitung volume tegakan komersil yang terdiri dari pohon-pohon dengan berdiameter setinggi dada (dbh) sama atau lebih besar dari 10 cm (sepuluh centimeter).

2. Jumlah plot contoh yang diperlukan tiap IUPHHK dihitung berdasarkan tingkat kesalahan sebesar 5% (lima perseratus) dengan menggunakan rumus:
  • n=CV%×t2SE% di mana : 
  • n = jumlah contoh 
  • SE = Sampling Error (5%) keragaman volume antar plot 
  • CV = Keragaman volume dinyatakan sebagai persentase terhadap nilai volume rataan t = tingkat kepercayaan 95% (nilai t mendekati 2) 

Dengan demikian untuk kawasan yang mempunyai keragaman volume sebesar 65% akan diperoleh jumlah plot contoh sebesar 676 buah (dibulatkan 700).

Mengingat kawasan hutan produksi yang luas dan keberagamannya tinggi, maka keragaman volume berdasarkan data empiris hutan-hutan produksi antara 65% – 75%. Tabel berikut ini menunjukan jumlah plot contoh (luas masing-masing plot adalah 0,25 ha) yang harus dibuat agar mencapai kesalahan penarikan contoh sebesar ± 5% (lima perseratus), pada kawasan IUPHHK seluas 80.000 ha dengan asumsi besar keragaman volume antar plot (S%) berbeda-beda.

3. Peletakan plot contoh/sample dalam areal dilakukan dengan sampling sistematik dimulai secara acak (systematic sampling with random start) dalam jalur berplot, dengan lebar jalur 20 meter. Jarak antar jalur sebesar 1 km (satu kilometer) dengan tujuan mengusahakan agar semua petak yang ada dapat terwakili. Plot pertama dalam jalur diletakkan secara acak. Jarak antar plot (JP) dalam satu jalur dihitung berdasarkan luas daerah yang diwakili sebuah plot sampel yang dibagi 1000, yakni:
  • JP = Luas IUPHHK (m2) × 1 Jumlah plot sampel 1000 
Catatan :
dengan jarak antar jalur 1000 m, maka jarak antar plot contoh dalam jalur, pada 3 kawasan IUPHHK yang keragaman volumenya sama 75% tetapi luasannya berbeda (misalnya IUPHHK A = 80.000, B = 90.000 dan C = 100.000 ha) adalah sebagai berikut:

Luas Areal IUPHHK-HA 
  • 80.000 
  • 90.000 
  • 100.000 
Jumlah plot
  • 900 
  • 900 
  • 900 
Luas terwakili/plot (m2)
  • 888.888,89 
  • 1.000.000,00 
  • 1.111.111,10 
Jarak antar plot (m)
  • 890 
  • 1000 
  • 1100 

Dengan asumsi bahwa petak tebang berbentuk persegi dengan ukuran 1 km x 1 km, maka jika areal IUPHHK luas (misalnya di atas 100.000 ha) dan keragaman volume tinggi (misalnya di atas 75%) akan ada petak tebang yang tidak diwakili sebuah plot contoh. Untuk memperoleh informasi petak tebang tersebut, digunakan asumsi bahwa perubahan volume dari satu titik contoh ke titik lainnya berlangsung secara gradual, karena itu dapat digunakan transformasi linear berdasarkan jarak. Jika luas IUPHHK tersebut adalah 90.000 ha, maka jarak antar plot adalah 1000 meter.

Petak tebang yang tidak diwakili sebuah plot contoh, diduga volumenya dengan menggunakan interpolasi. Pada Gambar di bawah ini, petak tebang A100 tidak ditempati plot contoh dan akan diduga volumenya berdasarkan volume plot contoh di petak A099 (misalnya V1 =25 m3) dan petak A101 (misalnya V2=64 m3).


B. Hutan Tanaman

1. Petunjuk dimaksudkan untuk hutan tanaman industri kayu pulp, dimana tidak diberi perlakuan penjarangan tegakan.

2. pendugaan volume dilakukan pada tanaman kelas umur 4 tahun keatas. Pada kelas-kelas umur ini inventarisasi dilakukan pada setiap kelas umur dengan tujuan untuk monitoring perkembangan produksi dan menduga besarnya produksi di saat tebangan.

3. Pada umur di bawah 4 tahun, tujuan inventarisasi diarahkan lebih kepada penilaian keberhasilan tanaman, penentuan kualitas tapak (site quality) dan gangguan hama/penyakit.

4. Jumlah plot contoh yang diperlukan tiap IUPHHK-HT/HTI dihitung berdasarkan tingkat kesalahan sebesar 5% dengan menggunakan rumus:
  • n=CV%×t2SE%  di mana: 
  • n = jumlah contoh 
  • SE = Sampling Error (5%) keragaman volume antar plot 
  • CV = Keragaman volume ditetapkan sebesar 25% 
  • T = tingkat kepercayaan 95% (nilai t mendekati 2) 

dengan demikian jumlah contoh plot/sampel plot untuk keragaman volume sebesar 25% sebanyak 100 buah.
  • N = CV %2 ×t = 252 ×2 = 100 Sample Plot SE% 5 
Metode inventarisasi yang digunakan untuk semua kelas umur adalah penarikan contoh sistematik jalur berplot dengan awal teracak (systematic sampling with random start).Untuk memudahkan teknis pelaksanaan, jarak antar jalur ditentukan sebesar 500 meter. Berikut ini dicantumkan jarak antar plot dalam 1 jalur dari 3 kelas umur yang mempunyai luas berbeda (2500 ha, 3000 ha dan 3500 ha), tetapi mempunyai keragaman volume yang sama sebesar 25%.


3.3. Penempatan Plot Contoh di Lapangan

1. Lokasi setiap plot harus digambarkan pada peta topografi atau peta jaringan jalan yang telah dibuat dengan skala 1:50.000 atau lebih besar untuk hutan alam.

2. Untuk hutan tanaman digunakan skala 1:25.000 atau yang lebih besar.

3. Pengukuran Jalan Masuk
  • Gambarkan jalan masuk menuju plot yang memperlihatkan keadaan setiap 50 m berdasarkan arah dan jarak rintisan dari titik ikat. 
  • Saat membuat rintisan masuk, sedapat mungkin mengurangi kerusakan terhadap sumber daya seperti rotan atau jenis-jenis komersil lainnya dengan berbagai ukuran. Patok dibuat hanya dari pancang jenis non komersil. 
  • Pada titik awal plot yang terletak di tengah jalur dengan arah utara-selatan dibuat gundukan tanah setinggi 0,5 Meter. Kemudian tegakan pada gundukan itu sebuah patok permanen yang diperkirakan tidak rusak sampai 10 tahun dengan pipa paralon 4 inci diisi semen sepanjang 2 meter, ditanam antara 0,5 meter – 0,7 meter lalu diberi tanda posisi GPS. Gundukan tanah dapat digunakan sebagai tanda awal jalur. Patok permanen kemudian diberi nomor jalur dan nomor plot, misalnya J03,01 yang berarti Jalur 03, plot no. 1. 

3.4. Pembuatan Plot Contoh

A. Hutan Alam

1. Plot sampel di hutan alam diletakkan dalam jalur inventarisasi dengan arah Utara-Selatan dan di dalamnya terdapat beberapa plot ukur yang jumlahnya tergantung dari panjang jalur. Dalam satu plot ukur terdapat 4 sub-plot ukur yang luasnya dibedakan berdasarkan tingkat pertumbuhan pohon dan tingkat permudaan yang ada.

a. Sub-plot pancang

Ukur dari titik awal plot masing-masing 10 m ke arah Barat atau Timur, pada ujung sisi kiri buat sub-plot pancang berbentuk lingkaran dengan tali sepanjang 2,82 m (jari-jari plot 2,82 meter). Amati keberadaan pancang dalam plot. Pasang pasak pada pusat plot untuk memasang tali tersebut, lalu amati plot secara berputar dengan ujung tali sebagai batas plot hingga selesai.


b. Sub-plot tiang

Dari titik awal plot, bentuk sub-plot tiang berbentuk bujur sangkar berukuran 10 m x 10 m di sisi kiri jalur.Dengan bantuan tali sepanjang 10 m sebanyak 2 buah dan kompas, dari titik awal plot tarik tali ke arah kiri tegak lurus jalur (270º) dan searah jalur (0º) lalu pasang patok.


c. Sub-plot pohon kecil

Bentuk plot bujur sangkar berukuran 20 m x 20 m, sepanjang 10 m sebelah Barat dan 10 m sebelah Timur jalur, kemudian rintis 20 m ke arah Utara.


d. Sub-plot pohon besar

Bentuk plot persegi panjang berukuran 20 m x 125 m sebagai perpanjangan dari sub-plot pohon kecil ke arah Utara.


B. Hutan tanaman

Bagian ini menjelaskan cara pembuatan plot di HTI pulp pada semua kelas umur. Metode yang digunakan adalah sampling sistematik berjalur dengan awal random. Seandainya posisi plot berada pada posisi yang tidak memungkinkan untuk dibuat (sungai, jalan, jurang, dll), maka pemindahanplot dilakukan sesuai dengan aturan yang sama seperti di hutan alam. 

Pada setiap titik awal jalur dan titik pusat plot, buat gundukan tanah setinggi 0,5 m dan tegakkan pancang kayu yang dicat dengan nomor petak tanam, nomor jalur dan nomor plot. Lakukan pula penggundukan tanah dan pemancangan patok pada titik-titik perpotongan jalur inventarisasi dengan jalan, walaupun titik tersebut tidak terletak dalam plot sampel. 


3.5. Pemasangan Label Pohon

1. pemasangan label pohon pada hutan alam hanya pada jenis pohon komersial berdiameter 10 cm ke atas atau mulai dari tingkat tiang hanya yang berada dalam plot sample.

2. Label pohon dipasang pada ketinggian 15 cm di atas lingkar pengukuran diameter dan menghadap jalur, agar lebih mudah dilihat dari jalur rintisan. Label pohon yang dipasang terbuat dari material yang tidak rusak sampai 2 tahun misalnya plat aluminium atau plastik berukuran 7 cm x 4 cm.

3. Label pohon ini akan digunakan sebagai bahan verifikasi.

4. untuk hutan tanaman tidak diperlukan pelabelan pohon.

5. Setiap plot sampel yang dibuat akan mempunyai 4 daftar isian/tally sheet (DI), yaitu DI 1 yang berisi informasi plot secara umum, DI 2 yang berisi data pohon tingkat pancang dan tiang, DI 3 yang berisi data pohon kecil dan DI 4 yang berisi data pohon besar. Nama jenis pohon yang diperoleh, terlebih dahulu disusun menurut abjad nama daerahnya.

Hal ini dilakukan untuk mempermudah mencari nama botani serta informasi lain yang dianggap perlu. Jenis-jenis ini kemudian dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok: Komersial satu (meranti), Komersial dua (jenis kayu rimba campuran), kayu indah satu (jenis-jenis ebony), kayu indah dua, kelompok jenis yang dilindungi dan Jenis lainnya (SK Menhut No.163/KPTS-II/2003 Tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan).

Demikianlah artikel tentang Makalah Penentuan Jumlah Plot dalam Inventarisasi Hutan, semoga bisa menjadi informasi yang bermanfaat untuk para pembaca setia blog pustaka ilmu. Jangan lupa untuk di share dan berkomentar. Terimakasih

Post a Comment for "Makalah Penentuan Jumlah Plot dalam Inventarisasi Hutan"